Cinta
yang Singkat
oleh Wulandari*
Ini pengalaman yang indah banget buat dikenang,
meskipun terasa menyedihkan karena semuanya tidak dapat terulang lagi. Lucu
rasanya mengingat anak SD kelas 3 yang sudah mengerti cinta, cinta monyet
namanya.
Panggil saja aku dengan panggilan Uni. Aku tinggal
bersama keluarga disebuah pedesaan yang masih segar dengan berbagai pohon.
Dihalaman depan rumah kami terdapat sebuah pohon yang sangat kami sayangi,
disanalah aku, ayah, ibu dan adikku bermain dan berkumpul untuk melepas lelah.
Ayahku membuat rumah diatas pohon, rumah pohonlah yang membuatku semakin
tertarik bermain disana.
Pagi yang cerah aku pergi sekolah diantar oleh
ayahku. Sesampainya disekolah aku langsung menuju kelas. “Tet…tet..tet…” bel
masuk pun berbunyi.
“Selamat pagi anak-anak!” sapa dari bu Yenni yang
mengajar kami pada pagi ini. Tapi aku bingung dan bertanya-tanya siapa anak
laki-laki yang bersama ibu Yenni?aku mulai melirik-lirik anak itu dan diam-diam
aku tersenyum melihatnya.
“Baiklah anak-anak, pagi ini kita kedatangan siswa
baru pindahan dari Kalimantan, namanya Vero” bu Yenni memperkenalkannya kepada
seluruh siswa/siswi yang ada dikelas.
Bel pulang pun berbunyi “Tet…tet…tet…”
Setelah pulang aku langsung bermain dirumah pohon
dan betapa terkejutnya aku ketika orang yang kulihat adalah anak baru disekolah tadi merupakan
tetanggaku. Entah apa yang aku pikirkan yang pasti didalam hatiku aku telah
berjerit kegirangan dan sangat senang.
Disekolah Ibu Yenni memberikan kami tugas kelompok,
coba kalian tebak aku akan masuk kelompok mana? Tidak salah lagi aku masuk
kelompok yang sangat aku inginkan yaitu masuk kelompok bersama Vero, itu semua
karena aku dan Vero merupakan tetangga dekat.
Pulang sekolahnya aku dan Vero mengerjakan tugas
bersama dirumah pohon. Setelah pengerjaan tugas kelompok kami bermain bersama.
Ini terus terjadi setiap harinya kami selalu bermain bersama dirumah pohon.
Sampai suatu hari, hari dimana, sesuatu yang tidak
aku inginkan terjadi. Ternyata Vero telah pindah sekolah dan kembali ke Kalimantan
karena tugas ayahnya. Aku mulai merasakan kesepian dan entah itu membuatku
bermalas-malasan baik dalam belajar maupun dalam aktivitasku sehari-hari. Aku
selalu menunggunya diatas pohon, aku berharap dia datang dan menemuiku. Namun
itu hanyalah hayalanku.
Hari selalu berjalan dan tak terasa aku sudah
menginjak kelas 6 dimana jenjang terakhirku untuk lulus SD. Dihari pertama aku
masuk sebagai siswi kelas 6 aku mendapat kejutan yang tidak pernah aku bayangankan. Coba kalian tebak,
apa yang aku dapati? Tentu dan yang paling pasti, aku mendapat kejutan yang
sangat-sangat aku impikan dan aku dambakan. Kembalinya teman yang selalu aku
nantikan kedatangannya tidak salah lagi ia adalah Vero. Ia kembali lagi
kekehidupanku yang membuat hidupku tidak merasa kesepian lagi.
Setelah sekian lama kami tidak bertemu, aku merasa
agak canggung namun, aku tetap tidak mengerti apa yang ada didalam hatiku saat
ini.
“Hai, apa kabar? Sudah lama kita bertemu, kau
sepertinya tambah cantik? Sapaan dari Vero yang langsung saja membuat jantungku
rasanya ingin loncat keluar dan berjoget-joget dihalaman sekolah.
“Ba..baik, kau sendiri bagaimana? Terimakasih tetapi
kau lebih kurusan. Apa kau melakukan diet?” aku membalas sapaannya dengan kata
yang terbata-bata.
“Aku baik, hahahahahah.. aku tidak melakukan diet
apapun” jawaban yang membuat kami tetawa bersama. Setelah pulang sekolah aku
bermain bersama Vero dirumah pohon. Kami sangat senang karena kami dapat
bermain bersama dirumah pohon yang menjadi tempatku menunggunya selama
berhari-hari.
Hari terus berlalu, disiang hari saat kami sedang
bermain. “Besok aku akan pergi” Vero berkata ia akan pergi kembali ke Kalimantan.
Namun, aku tidak menanggapi semua perkataannya karena aku sibuk dengan apa yang
sedang dia lakukan dan tidak menghiraukannya.
Keesokan harinya aku pergi sekolah, aku mendapati
Vero tidak masuk sekolah, aku tidak mengetahui kenapa ia tidak sekolah. Setelah
satu minggu Vero tidak sekolah aku baru menyadari dan mulai muncul pertanyaan
didalam otakku.
“Kemana Vero, apakah dia sakit? ataukah dia….tidak
mungkin” pertanyaan yang muncul saat aku pulang sekolah. Ketika aku sedang
berada dirumah pohon berharap Vero akan menemuiku. Namun, yang kudapati adalah
seorang yang dekat, dia adalah sepupu dari Vero. Ia memberitahukan kepadaku
bahwa Vero telah pindah. Disitulah aku mulai menyadari bahwa semua kata-kata
yang Vero sampaikan waktu itu adalah untuk memberitahuku. Tapi kenapa aku tidak
menyadarinya, aku malah asik dengan kesibukakanku sendiri.
Selama berhari-hari ketika aku pulang sekolah aku
langsung kerumah pohon menangis sejadi-jadinya dan paling menyakitkan lagi,
ketika aku sedang menangis, aku terjatuh dari atas rumah pohon. Aku terluka dan
bekas lukanya hingga kini tersimpan rapi dikeningku. Karena aku terjatuh dari
rumah pohon dan sibuk bermain diatasnya, ayahku menebang pohon itu yang membuat
hatiku ini semakin sakit. Kini tidak ada lagi kenangan tentang Vero, semuanya
hilang bersamaan dengan pohon yang ditebang oleh ayahku.
Tidak terasa kini aku telah lulus SD dan aku mulai
merasakan masa SMP ku. Disekolah ini aku mulai melupakan Vero. Tapi hal itu
sia-sia, entah dari mana ia muncul secara tiba-tiba, dia datang lagi kedalam
kehidupanku. Namun itu hanya terjadi sekejap saja, entah mengapa aku tidak
mampu untuk melupakannya.
Sekarang ia menetap disebuah kota dekat desaku.
Tetapi, setelah pertemuan kami di SMPku, aku tidak pernah lagi melihat dirinya.
Mungkin sudah takdir kami, aku hanya menjalani hidupku dengan sebaik-baiknya
tanpa dibebani pikiran tentang dirinya.
Setalah aku menyadari segala perasaanku yang telah
aku simpan rapi didalam hatiku selama bertahun-tahun sejak aku SD dan aku
menganggap dia adalah cinta pertamaku dan boleh dikatakan cintaku terhadap Vero
adalah Cinta Monyet yang akan selalu kukenang dalam hatiku.
*Penulis adalah siswi
kelas XII IPA 2 SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III
Tidak ada komentar:
Posting Komentar