Minggu, 30 November 2014

Cerpen



Cinta yang Singkat
oleh Wulandari*

Ini pengalaman yang indah banget buat dikenang, meskipun terasa menyedihkan karena semuanya tidak dapat terulang lagi. Lucu rasanya mengingat anak SD kelas 3 yang sudah mengerti cinta, cinta monyet namanya.

Panggil saja aku dengan panggilan Uni. Aku tinggal bersama keluarga disebuah pedesaan yang masih segar dengan berbagai pohon. Dihalaman depan rumah kami terdapat sebuah pohon yang sangat kami sayangi, disanalah aku, ayah, ibu dan adikku bermain dan berkumpul untuk melepas lelah. Ayahku membuat rumah diatas pohon, rumah pohonlah yang membuatku semakin tertarik bermain disana.
Pagi yang cerah aku pergi sekolah diantar oleh ayahku. Sesampainya disekolah aku langsung menuju kelas. “Tet…tet..tet…” bel masuk pun berbunyi.
“Selamat pagi anak-anak!” sapa dari bu Yenni yang mengajar kami pada pagi ini. Tapi aku bingung dan bertanya-tanya siapa anak laki-laki yang bersama ibu Yenni?aku mulai melirik-lirik anak itu dan diam-diam aku tersenyum melihatnya.
“Baiklah anak-anak, pagi ini kita kedatangan siswa baru pindahan dari Kalimantan, namanya Vero” bu Yenni memperkenalkannya kepada seluruh siswa/siswi yang ada dikelas.
Bel pulang pun berbunyi “Tet…tet…tet…”
Setelah pulang aku langsung bermain dirumah pohon dan betapa terkejutnya aku ketika orang yang kulihat  adalah anak baru disekolah tadi merupakan tetanggaku. Entah apa yang aku pikirkan yang pasti didalam hatiku aku telah berjerit kegirangan dan sangat senang.
Disekolah Ibu Yenni memberikan kami tugas kelompok, coba kalian tebak aku akan masuk kelompok mana? Tidak salah lagi aku masuk kelompok yang sangat aku inginkan yaitu masuk kelompok bersama Vero, itu semua karena aku dan Vero merupakan tetangga dekat.
Pulang sekolahnya aku dan Vero mengerjakan tugas bersama dirumah pohon. Setelah pengerjaan tugas kelompok kami bermain bersama. Ini terus terjadi setiap harinya kami selalu bermain bersama dirumah pohon.
Sampai suatu hari, hari dimana, sesuatu yang tidak aku inginkan terjadi. Ternyata Vero telah pindah sekolah dan kembali ke Kalimantan karena tugas ayahnya. Aku mulai merasakan kesepian dan entah itu membuatku bermalas-malasan baik dalam belajar maupun dalam aktivitasku sehari-hari. Aku selalu menunggunya diatas pohon, aku berharap dia datang dan menemuiku. Namun itu hanyalah hayalanku.
Hari selalu berjalan dan tak terasa aku sudah menginjak kelas 6 dimana jenjang terakhirku untuk lulus SD. Dihari pertama aku masuk sebagai siswi kelas 6 aku mendapat kejutan yang tidak  pernah aku bayangankan. Coba kalian tebak, apa yang aku dapati? Tentu dan yang paling pasti, aku mendapat kejutan yang sangat-sangat aku impikan dan aku dambakan. Kembalinya teman yang selalu aku nantikan kedatangannya tidak salah lagi ia adalah Vero. Ia kembali lagi kekehidupanku yang membuat hidupku tidak merasa kesepian lagi.
Setelah sekian lama kami tidak bertemu, aku merasa agak canggung namun, aku tetap tidak mengerti apa yang ada didalam hatiku saat ini.
“Hai, apa kabar? Sudah lama kita bertemu, kau sepertinya tambah cantik? Sapaan dari Vero yang langsung saja membuat jantungku rasanya ingin loncat keluar dan berjoget-joget dihalaman sekolah.
“Ba..baik, kau sendiri bagaimana? Terimakasih tetapi kau lebih kurusan. Apa kau melakukan diet?” aku membalas sapaannya dengan kata yang terbata-bata.
“Aku baik, hahahahahah.. aku tidak melakukan diet apapun” jawaban yang membuat kami tetawa bersama. Setelah pulang sekolah aku bermain bersama Vero dirumah pohon. Kami sangat senang karena kami dapat bermain bersama dirumah pohon yang menjadi tempatku menunggunya selama berhari-hari.
Hari terus berlalu, disiang hari saat kami sedang bermain. “Besok aku akan pergi” Vero berkata ia akan pergi kembali ke Kalimantan. Namun, aku tidak menanggapi semua perkataannya karena aku sibuk dengan apa yang sedang dia lakukan dan tidak menghiraukannya.
Keesokan harinya aku pergi sekolah, aku mendapati Vero tidak masuk sekolah, aku tidak mengetahui kenapa ia tidak sekolah. Setelah satu minggu Vero tidak sekolah aku baru menyadari dan mulai muncul pertanyaan didalam otakku.
“Kemana Vero, apakah dia sakit? ataukah dia….tidak mungkin” pertanyaan yang muncul saat aku pulang sekolah. Ketika aku sedang berada dirumah pohon berharap Vero akan menemuiku. Namun, yang kudapati adalah seorang yang dekat, dia adalah sepupu dari Vero. Ia memberitahukan kepadaku bahwa Vero telah pindah. Disitulah aku mulai menyadari bahwa semua kata-kata yang Vero sampaikan waktu itu adalah untuk memberitahuku. Tapi kenapa aku tidak menyadarinya, aku malah asik dengan kesibukakanku sendiri.
Selama berhari-hari ketika aku pulang sekolah aku langsung kerumah pohon menangis sejadi-jadinya dan paling menyakitkan lagi, ketika aku sedang menangis, aku terjatuh dari atas rumah pohon. Aku terluka dan bekas lukanya hingga kini tersimpan rapi dikeningku. Karena aku terjatuh dari rumah pohon dan sibuk bermain diatasnya, ayahku menebang pohon itu yang membuat hatiku ini semakin sakit. Kini tidak ada lagi kenangan tentang Vero, semuanya hilang bersamaan dengan pohon yang ditebang oleh ayahku.
Tidak terasa kini aku telah lulus SD dan aku mulai merasakan masa SMP ku. Disekolah ini aku mulai melupakan Vero. Tapi hal itu sia-sia, entah dari mana ia muncul secara tiba-tiba, dia datang lagi kedalam kehidupanku. Namun itu hanya terjadi sekejap saja, entah mengapa aku tidak mampu untuk melupakannya.
Sekarang ia menetap disebuah kota dekat desaku. Tetapi, setelah pertemuan kami di SMPku, aku tidak pernah lagi melihat dirinya. Mungkin sudah takdir kami, aku hanya menjalani hidupku dengan sebaik-baiknya tanpa dibebani pikiran tentang dirinya.
Setalah aku menyadari segala perasaanku yang telah aku simpan rapi didalam hatiku selama bertahun-tahun sejak aku SD dan aku menganggap dia adalah cinta pertamaku dan boleh dikatakan cintaku terhadap Vero adalah Cinta Monyet yang akan selalu kukenang dalam hatiku.

*Penulis adalah siswi kelas XII IPA 2 SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III

Tidak ada komentar:

Posting Komentar