Konon pada jaman dahulu kala, di daerah
dumai berdirilah sebuah kerajaan bernama Seri Bunga Tanjung. Kerajaan ini di
perintah oleh seorang ratu yang bernama Cik Sima. Ratu ini memiliki tujuh orang
putri yang elok nan rupawan, yang dikenal dengan Putri Tujuh.
Dari ketujuh
putri tersebut, putri yang paling cantik bernama putri Mayang Sari. Putri Mayang
Sari memiliki keindahan tubuh yang sangat mempesona, kulitnya lembut bagai
sutra, wajahnya elok berseri bagaikan bulan purnama, bibirnya merah bagaikan
delima, alisnya bagai selimut beriring.
Pada suatu hari, ketujuh putri
sedang mandi di Lubung Sarang Umai
7 putri bermain air sambil
tertawa
Mayang Kemuning : kalian adik adikku
Mayang Melati : ada apa ayunda kemuning
Mayang Kemuning : sungguhlah cantik rupa kalian
Mayang Mawar : iya
ayunda sangat beruntunglah
kita memiliki rupa seperti ni
Mayang Melati : kakakku
Mayang Kemuning. Kau punya
rambut yang hitam dan
panjang serta lembut
Mayang Kemuning : bisa
saja kau ini melati.
*iklan*
Mayang Lili : Mayang
Kamboja kakakku
kau punya mata yang indah sangat
Mayang kemboja :
adikkku Mayang Lili kau pun punya
kelebihan dibandingkan kami
Mayang Lili : benarkah ayunda?
Apakah gerangan
Mayang Kamboja : suara mu begitu merdu adinda, semua yang mendengarnya pasti sangat terpesona
*lili berdendang
Mayang Mawar : Mayang Anggrek kau sangat beruntung atas kepintaran yang
diwariskan bunda kita
kepadamu
Mayang Anggrek : terima kasih lah akak, sungguh karunia
yang sangat mulia
Mayang Kemuning : dan tentunya adik bungsuku Mayang Sari kau memiliki semua yang
kami miliki
Mayang Sari : terima kasih kakak kakakku aku
sangat menyayangi kalian semua
Mayang Melati : kami juga sayang kalian adikku
Mayang Mawar : tak pernah bosan mandi kak sini,
tempat nya sangat sejuk
Mayang Kamboja : dan air disini dingin buat tambah
segar saja
Mayang Sari : aku tidak pernah bosan mandi dan
bermain disini
Mayang Anggrek : benarr adikku ayo kita coba bermain
disana
Mayang Kemuning : jangan jauh jauh putri mayang
Mayang Mawar : anggrek, kakak mau ikut
Mayang Anggrek : ayo kak
Mayang Melati : jangan lama, sebentar lagi kita mau pulang ke istana
Mayang Lili : ibu pasti telah mencari kita
Mayang Lili : ibu pasti telah mencari kita
Mayang Anggrek,
sari dan mawar : iyaaa
Narrator
Ke tujuh putri pun lanjut bermain air dengan senangnya
Empang kuala : aduhai siapa gerangan para putri cantik itu
Senopati : dimana
gerangan pangeran?
Empang kuala : di sana bawah Lubung Sarang Umay disana
Senopati : pangeran benar, mereka
adalah putri dari Cik Sima
Empang kuala :
Cik Sima? Ratu dari kerajaan mana
senopati
?
Senopati : Cik Sima adalah ratu dari kerajaan Seri Bunga Tanjung
Empang kuala :
oh kerajaan yang ada di Dumai itu. Lihat putri yang paling
cantik itu sungguh mempesona d’umai d’umai
Senopati : anda memang tidak pernah salah, dia adalah putri bungsu
dari Cik Sima dan tentunya dia putri
tercantik
Empang kuala : aku sangat jatuh hati
padanya
Narrator
Karena asik berendam dan tak
menyadari ada beberapa orang yang melihat mereka, yang ternyata adalah pangeran Empang Kuala dan para pengawalnya .Secara
diam diam pangeran pun jatuh cinta dengan salah satu putri.
Beberapa hari kemudian sang pangeran meminta
ibunya, Ratu Melani untuk
melamar putri tersebut
Empang kuala : bunda ada yang ingin aku bicarakan
Ratu Melani :apakah gerangan itu wahai anakku?
Empang kuala :ananda rasa umur ananda telah cukup
untuk membina rumah
tangga
Ratu Melani : siapakah gerangan yang telah mencuri hati mu nak?
Ratu Melani : siapakah gerangan yang telah mencuri hati mu nak?
Empang Kuala :
ia adalah putri dari Kerajaan Seri Bunga Tanjung ibunda
Ratu Melani : berarti itu adalah
putri dari Cik Sima
Empang Kuala :iya bunda
Ratu Melani :apakah keinginan mu
sudah bulat nak?
Empang Kuala :tak
pernah sebulat ini ibunda, antarkanlah tepak sirih ini kepada keluarga Seri Bunga Tanjung
Ratu Melani : baiklah anakku, ibu
akan melakukannya untuk kau
Narrator
Sesampainya di Kerajaan Seri Bunga Tanjung, Ratu Melani beserta pengawalnya disambut baik oleh
Cik Sima
Cik Sima
Cik Sima : selamat datang di kerajaan kami,
Ratu Melani : terima kasih atas sambutanya Cik Sima
Cik Sima :itu telah jadi tugas kami, apa yang buat Ratu Melani datang dari
kerajaan tetangga?
Ratu Melani : saya
bermaksud untuk meminang
putri Cik Sima
Cik Sima :apa maksud anda? Saya tidak mengerti
Ratu Melani : saya ingin meminang salah
satu putri anda utuk dinikahkan dengan anak saya
Cik Sima :
saya punya tujuh putri
Ratu Melani : bisakah kami melihat ke tujuh putri
tersebut?
Cik Sima :
baiklah, dayang tolong bawa ke tujuh putri ke ruang penyambutan.
Dayang :
baiklah yang mulia.
Ketujuh putri pun datang
Cik Sima : inilah ketujuh putriku. Putriku tersayang silahkan perkenalkan diri kalian kepada Ratu Melani
Mayang Kemuning : saya
putri Mayang Kemuning. Saya
suka menjahit dan merajut
Mayang Melati : saya putri Mayang Melati
saya suka berenang
Mayang Mawar :
saya putri Mayang Mawar saya suka memasak
Mayang angggek :
saya putri Mayang Anggrek
saya suka menari
Mayang kemboja :
saya putri mayang kemboja,
saya suka berkebun
Mayang Lili :
saya putri Mayang Lili saya suka membaca
Mayang Sari : saya
putri Mayang Sari saya
suka berkuda
Cik Sima :
inilah anak anak saya, manakah yang ingin ratu pinang?
Ratu
Melani : sebenarnye anak saya ,Pangeran Empang Kuala suka dengan Mayang Sari putri bungsu ratu
Cik
Sima :
bagaimana ya ratu*bingung
Ratu
Melani : ada apakah ratu?
Cik
Sima : maaf ratu, kami tidak bisa menerima pinanngan ratu
Ratu
Melani : Kenapa begitu ratu? Kami kan telah bermaksud baik?
Cik
Sima : ya saya paham dengan maksud ratu, tetapi adat kerajaan kami tidak bis terima itu
Ratu
Melani : apakah adat kerajaan tersebut?
Cik
Sima : putri tertua lah yang berhak menerima pinangan terlebih daluhu dibanding putri
lainya
Ratu
Melani : saya mohon anak saya ingin sekali mempersunting Mayang Sari
Cik
Sima : akan tetapi kami tidak bisa melanggar adat tersebut
Ratu
Melani : apakah tidak ada cara lain
Cik
Sima :
tak bisa Ratu, sekali lagi mohon maaf saya tak bisa menerima lamaran itu
Narrator : dengan perasaan kecewa Ratu Melani dan pengawalnya pun kembali ke kerajaan
Sesaimpainya
di kerajaan para pengawal ratu meilani tadi pun menghadap kepada Pangeran Empang Kuala
Empang Kuala : kenapa kalian bawa kembali tepak sirih itu?
Senopati : ampun baginda, kami tidak ada maksud untuk mengecewakan tuan
Empang
Kuala : bicara apa kalian? Apa yang kalian maksud?
Senopati :
keluarga Kerajaan Seri Bunga Tanjung belum
bersedia untuk menerima pinangan tuan untuk memperistri putri Mayang Sari
Empang
Kuala : apa! Pinangan saya ditolak?
Senopati : iya baginda, Cik Sima sendiri yang menolaknya
Empang
Kuala : apa penyebabnya?
Senopati : Cik Sima ……..
Empang
Kuala : cepatlah
bicara!
Senopati : Cik Sima beralasan bahwa adat mereka menetapkan jika anak tertua belum menikah maka anak bungsu juga belum boleh dipinang oleh
siapapun
Empang
Kuala : adat seeperti apa iituu!
Senopati : hanya itu yang saya tahu pangeran
Empang
Kuala : kurang ajar, mereka telah melecehkanku!
Senopati : ampun pangeran
Empang
Kuala : mereka telah membuatku murka! Siapkan pasukan lain sekarang juga
Senopati : untuk apa pangeran?
Empang
Kuala : kita akan menyerang Kerajaan Seri Bunga Tanjung
Senopati : apakah anda bersungguh sungguh pangeran
Empang
Kuala : tidak usah banyak bicara, cepat laksanakan
perintahku sekarang
juga
Senopati : baiklah pangeran hamba mohon undur diri
Empang
Kuala : lakukan sesegera
mungkin
Narrator : amarah yang telah menguasai pangeran empang kuala sudah tidak dapat dibendung, sang pangeran pun segera bersiap untuk menyerang kerajaan seri bunga tanjung.
Sementara
itu di kerajaan seri bunga tanjung , Cik Sima telah memperkirakan bahwa
kerajaan ratu meilani akan menyerang kerajaan mereka
Cik Sima : dayang, cepat panggil penasehat kerajaan kita
Dayang : baiklah ratu
Lalu
datanglah penasehat kerajaan
Cik
Sima : ada sesuatu yang ingin aku bicarakan
Penasehat :
permasalahan apakah ratu?
Cik
Sima : setelah aku menolak pinangan dari putra
ratu meilani, pasti empang kuala tidak terima
Penasehat :
apakah yang ratu pikirkan sekarang
Cik
Sima : pasti mereka telah merencanakan
penyerangan terhadap kerajaan kita. Apa yang harus kita lakukan sekarang?
Penasehat : itu sebuah permasalahan yang cukup pelik wahai ibunda
ratu. Kita harus bepikir jernih untuk menyelesaikannya
Cik
Sima : oleh karena itulah aku meminta pendapatmu
wahai penasihatku
Penasihat : tidak bisakah kita menempuh jalur damai
wahai ratu?
Cik
Sima : kurasa tidak bisa sebab pasti empang kuala sudah sangat murka terhadapku karena
pinanganya
kepada Mayang Sari ditolak
Penasihat : kenapa kita tak mencobanya dulu?
Cik
Sima : tak usah, karena akan percuma
Penasihat : baiklah ratu jikalau begitu,sebaiknya
kita siapkan prajurit yang akan melawan
kerajaan itu sebelum mereka datang menyerang
Cik
Sima : benar, cepat siapkan prajurit kita. Tetapii…
Penasihat : tetapi apa wahai ratuku?
Cik
Sima : bagaimanakah dengan ke tujuh putriku
Mayang
Kemuning : ibunda tak usaah mengkhawatirkan kami, kami akan membantu
kerajaan kita
Mayang kemboja :
kakak benar, kami akan membantu dengan tenaga kami bunda
Mayang
Sari : keterampilanku berkuda bisa dipergunakan bunda, aku bisa ikut berperang
Mayang
Lili : wahai adikku Mayang Sari, sebaiknya biar kami saja yang membantu ibunda.
Engkau sebagai adik bungsu harus selalu kami lindungi
Mayang
Anggrek : iya, Mayang Lili benar sebaiknya engkau berada di dalam istana saja
Penasehat : wahai putri tujuh, hamba mohon diri
untuk memberikan pendapat
Mayang
Mawar : silahkan penasihat, pendapat apakah yang
menurutmu baik untuk kami semua
Penasehat : ada baiknya jika kalian bersembunyi terlebih dahulu
Mayang
Melati : apa maksudmu? Kami tak akan membiarkan ibunda
kami berperang sendirian
Mayang
Kemuning : melati benar, itu adalah
hal yang mustahil
Penasehat : tetapi itu demi kalian sendiri, kalian
bisa terbunuh jika tetap nekat
Mayang
Mawar : birkan kami terbunuh
asal kerajaan ini tetap berdiri
Mayang
Lili : kakak benar, kami akan berjuang sampai
titik darah penghabisan
Penasehat : tetapi para putrii
Cik
Sima : apa-apann kalian? Tentu ibu tak akan membiarkan kalian ikut campur dalam
perang ini, kalian bisa mati terbunuh sia sia
Mayang
Sari : tetapi ibunda, kami tak bisa membiarkan ibunda berjuang sendirian
Mayang kemboja :
iye ibunda
Cik
Sima : tidak! Jangan membantah. Dayang siapkan perbekalan dan perlengkapan para putri tujuh
untuk tiga bulan kita akan menghantarkan mereka ke suatu tempat
Dayang : baik ibunda ratu
Mayang
Kemuning : kami hendak dibawa kemana ibu? kami ingin tetap disini
Penasehat : tenang saja wahai putri Mayang Kemuning,
kalian akan dibawa ketempat yang aman agar nyawa kalian selamat.
Setelah
semua perlengkapan siap, Cik Sima penasehat dan para dayang dibawa ke suatu
lubang yang terletak cukup jauh dari kerajaan.
Cik
Sima : wahai para putriku, kalian harus
bersembunyi disini selama tiga bulan sementara ibu akan menghadapi kerajaan
pangerang empang kuala
Mayang
Lili : kami takut ibunda
Penasehat : tenang saja, para dayang akan menemani
kalian selama berada disini
Mayang Kamboja :
bagaimana kah kami akan tidur di tempat seperti ini ibunda
Mayang Anggrek :
bagaimana jika persediaan makanan sudah habis, kami pasti kelaparan
Mayang Mawar :
tenanglah Mayang Kamboja dan Mayang Anggrek semua yang di perintahkan ibunda
adalah yang terbaik untuk kita
Mayang Sari :
percayalah kakakku kita pasti bisa melewati ini semua
Mayang Melati :
kite kan tujuh putri, kita harus terus bersama
Mayang Kamboja :
jikalau memang seperti itu, baiklah
Mayang Lili :
semoga saja kita dapat ngejalani hal ini sampai selesai para saudaraku
Cik Sima :
sudah, jangan khawatir anakku. Kakak kalian Mayang Kemuning akan menjaga kalian
selama disini
Mayang
Kemuning : baiklah ibunda, aku akan
menjaga mereka semua
Mayang Lili :
jangan lama ibunda
Mayang Mawar :
iye Mayang Lili benar, kami pasti akan sangat merindukan ibunda
Penasihat :
tenanglah para putri,doakan saja semuanya berakhir dengan cepat
Mayang Anggrek :
kalo begitu ayo kita masuk kedalam, putri mayang
Mayang Mawar :
selamat berjumpa kembali ibunda
Cik
Sima : jaga diri kalian dan ingat jangan keluar dari sini sebelum
ibu menjemput kalian kembali
Mayang
Sari : baiklah ibunda
Ketujuh
putri pun sangat bersedih ketika ibunda mereka mulai meinggalkan mereka di dalam lubang tersebut, mereka takut ibunda nya tidak menjemput merekaa kembali kesitu. Setelah menghantarkan
ketujuh putrinya, sang ratu kembali ke kerajaanya untuk melawan pasukan
pangeran empang kuala. Setelah tiga bulan menjalani perang, pasukan Cik Sima
semakin terdesak dan tak berdaya, akhirnya Kerajaan Seri Bunga Tanjung dapat
dihancurkan perlahan. Rakyat banyak yang tewas. Melihat kondisi itu lalu Cik
Sima berinisiatif untuk menemui jin yang sedang bertapa di bukit hulu sungai.
Cik
Sima : penasehat, kerajaan kita sudah hancur, rakyat sudah banyak yang
tewas. Apa yang harus diperbuat sekarang?
Penasehat :
bagaimana jika kita meminta bala bantuan dari seorang jin
Cik
Sima : jin? Idemu cukup bagus, bagaimana dengan
meminta bala bantuan jin yang sedang bertapa di bukit hulu sungai
Penasehat : ratu benar, dengan demikian kita dapat menguatkan kerajaan kita seperti semula ibunda ratu
Cik
Sima : baiklah, suruh pengawal untuk
menemui jin yang sedang bertapa di bukit hulu sungai umai untuk meminta
pertolonganya agar dapat mengalahkan pasukan empang kuala
Penasehat : cepat perintahkan mereka!
Pengawal : baik ibunda ratu, kami akan melaksanakan
perintah tersebut
Pergilah dua pengawal tersebut ketempat bertapanya jin. Sesampainya disana para pengawal tersebut segera menyampaikan keinginan mereka
Pengawal : permisi ya tuan jin yang sedang bertapa
Jin : siapa yang berani ganggu bertapah saya?
Pengawal :
kami para pengawal utusan dari negeri Seri Bunga Tanjung ya tuan jin
Jin : apa maksud kalian datang ke saya?
Pengawal :
kami diperintahkan oleh ratu kami yaitu Cik Sima untuk mengalahkan pasukan
kerajaan dari pangeran empang kuala
Jin : apa yang terjadi di kerajaan ratu Cik Sima?
Pengawal : kami sudah sangat terdesak karena
pasukan telah memporak-porandakan kerajaan kami. Oleh karena itu bantulah kami
wahai tuan jin
Jin : baiklah karena kalian utusan dari Cik Sima,
aku akan membantu kalian wahahahaha
Pengawal : terima kasih banyak tuan jin
Jin : sama-sama sampaikan salamku kepada tuan ratu
Pengawal : baiklah, kami mohom pamit
Jin : aku akan memulai menghancurkan mereka malam ini
Setelah
itu kembalilah para pengawal ke kerajaan seri bunga tanjung dan menyampaikan
pesan itu bahwa jin bersedia membantu kerajaan tersebut.
Sementara itu di dalam lubung
Mayang aggrek :
kakak, ibu kemana?sudah sangat lama kita disini
Mayang Lili :
iya kak, persediaan makanan kita sudah menipis
Mayang Sari :
tenang saja kakak kakakku pastilah sebentar lagi ibunda datang menjemput kite
disini
Mayang Kemuning :
Mayang Sari benar, sabarlah adik adikku
Mayang Kamboja :
aku lelah kak tidur disini
Mayang Melati :
tempat ini sangat tidak enak berbanding jauh dengan keadaan di kerajaan kita
kak
Mayang Anggrek :
iye benar, kami ingin cepat keluar dari sini
Mayang Mawar :
sabarlah sebentar
Mayang Sari : iye kak Mayang Mawar benar, kita
harus bersabar
Mayang Melati :
tetapi Mayang Sari
Mayang Kemuning :
sudahlah jangan bertengkar lagi adik-adikku kita harus percaya dengan apa yang
dikatakan ibunda dan penasihat
Mayang Melati :
iya kakanda benar
Sementara
itu suatu malam di tempat peristirahatan empang kuala,terjadi peristiwa yang
sangat mengerikan. Secara tiba-tiba pasukan empang kuala tertimpa beribu-ribu
buah bakau yang jatuh dan menusuk ke badan mereka.Tak sampai separuh malam, pasukan pangeran empang kuala dapat
dilumpuhkan. Pada saat pasukan empang kuala tak berdaya, datanglah utusan ratu Cik
Sima menghadap sang pangeran.
Empang
Kuala : hei siapa kalian? Penyusup!
Pengawal : kami bukan penyusup, kami utusan Kerajaan Seri Bunga Tanjung
Empang
Kuala : apa yang membuat kalian kemari?
Pengawal : kami diutus untuk menyampaikan pesan
dari Cik Sima agar pangeran berkenan untuk menghentikan peperangan ini,
perbuatan kita telah menghancurkan bumi sakti rantau bertuah. Salah satu
akibatnya adalah hancurnya pasukan pangeran empang kuala semalam.
Empang
Kuala : benarkah begitu? Baiklah aku akan
menghentikan peperangan. Aku tak mau para pengawalku yang tersisa menjadi
korban berikutnya
Pengawal : baiklah, kami akan memberitahukanya
kepada ibunda ratu
Empang
Kuala : aku yang akan menemuinya secara langsung
Sadarlah
pangeran kuala bahwa dirinyelah yang memulai peperangan tersebut. Lalu pergilah
ia menghadap sang ratu Cik Sima
Empang
Kuala : Baginda
ratu, maafkanlah saya karena telah memerangi Kerajaan Seri Bunga Tanjung
Cik
Sima : tidak apa apa, aku telah maafkan engkau
Empang
Kuala : terima kasih baginda
Sepulangnya
pangerang empang kuala, Cik Sima pun mendatangi lubang dimana ke tuujuh anaknya
bersembunyi. Alangkah terkejutnya Cik Sima melihat para putrinya sudah tidak
bernyawa lagi. Ternyata ratu Cik Sima baru teingat bahwa dia hanya membawakan
persediaan makanan dan perlengkapan hanya untuk 3 bulan sedangkan perang bersama
kerajaan pangeran empang kuala terjadi 4 bulan
Cik
Sima : putriku maafkanlah ibunda yang lupa pada
kalian. Maafkan
Setelah
peristiwa itu Cik Sima pun sakit sakitan dan akhirnya meninggal dunia, dan
sejak saat itu pula masyarakat Dumai meyakini bahwa nama kota Dumai berasal
dari kata d’umai’ yang selalu di ucapkan oleh empang kuala ketika melihat
kecantikan putri Mayang Sari.
Narrator
: Aji Prabowo
Ruby Rahmania Aryani as Mayang
Kemuning
Hesti Renika as Mayang Melati
Adelia Pratiwi as Mayang Mawar
Wulandari as Mayang
Anggrek
Vironisa Agustina as Mayang Kemboja
Belliana Anggraini as Mayang Lili
Sonya Olivia as Mayang Sari
Ambar Delfi Mardiunti as Cik Sima
Ainun Jariah as Ratu Melani
Fiqih Abdarrasyid as Senopati Cik Sima
Nova Tri Lestari as Penasihat Cik Sima
Kemas Muhamad Naufal as Empu Kuala
Nurhaq Sa’bani as Senopati Empang Kuala
Budi Kurniawan as Jin
Dayang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar