Sabtu, 15 November 2014

Cerpen




Kepergianmu
oleh Ruby Rahmania Aryani*

Dipohon ini, iya dipohon ini lebih kurang sepuluh tahun yang  lalu aku mengenal dia yang ku anggap sebagai sahabat. Ah, tidak! Lebih dari sahabat, mungkin. Entahlah, aku tidak tahu begitu pasti akan hal itu.Yaa, maklum saja saat itu aku masih duduk dibangku kelas tiga Sekolah Dasar.
Yang ku tahu, aku begitu akrab dengannya, mungkin karena rumah kami yang berjarak tidak begitu jauh waulaupun dia baru saja pindah ke desaku, yaitu sebuah desa kacil dikota Jogja, selain itu kami juga satu sekolah terlebih lagi sekelas dengannya. Dia begitu baik, selalu bersama-sama denganku, bermain dan mengerjakan tugas sekolah bersamaku, ketika aku kesulitan dia selalu ada untuk membantuku. Dia laki-laki terbaik yang pernah ku kenal setelah ayahku.
“Sheva, main kerumah pohon yuk!” ajak Reza
“Ayo! Siapa yang duluan sampai rumah pohon, dia yang menang. Dan yang kalah harus ikuti permintaan yang menang! Setuju, Reza?”
Oke!” sahutnya.
Kamipun berlarian untuk lebih dahulu sampai dirumah pohon, dan ternyata Reza yang terlebih dahulu sampai dirumah pohon.
Yess! Aku yang menang!” ucap Reza kegirangan.
“Ah, kamu curang! Kamu ‘kan cowok jadi wajar dong kalo lari kamu lebih cepet!” jawabku yang tidak terima atas kekalahanku.
Gak bisa gitu dong! ‘Kan udah kesepakatan kita. Jadi, kamu harus turuti semua permintaanku! Hahaha”
Oke deh, oke! Terus, apa permintaamu? Pokoknya jangan yang aneh-aneh!”
Hari-haripun berlalu, aku selalu menuruti semua permintaan yang Reza berikan kepadaku, baik disekolah maupun dirumah pohon. Sampai suatu hari aku mengeluh, karena bosan selalu mengikuti permintaan Reza.
“Za, gantian dong! Coba sekarang kamu yang turuti permintaanku!” keluhku pada Reza.
“Jangan ngeluh gitu dong! Oke, aku janji ini permintaan terakhirku!”
“Janji ya ini yang terakhir?!”
Oke! Aku cuma mau minta sama kamu, kamu jangan sedih yaa Sheva dan tunggu aku kembali kesini!” ucap Reza.
“Maksud kamu, Za?”
Hmm, aku diajak orang tua ku kembali ke Palembang, kota asalku, Shev. Karena, ayah ditugaskan buat kerja disana kembali.” ucap Reza tertunduk sedih.
Aku hannya terdiam mendengar ucapan Reza, tertunduk menyembunyikan wajahku karena mataku yang berkaca-kaca seperti akan menangis.
“Tapi, aku janji kok, aku akan kembali kesini dan kita akan bermain bersama lagi!” ucap Reza menghiburku.
“Baiklah, Za. Aku akan nungguin kamu” Jawabku dengan senyum yang sedikit dipaksakan.
“Kamu jangan sedih gitu dong, Shev! Kitakan gak pisah selamanya, ‘kan aku udah janji akan kembali lagi”
“Iya, iya Reza! Aku gak sedih kok, nih aku senyum”
Perkacapan kami terputus, karena Reza dipanggil ibunya untuk segera pulang. Setelah hari itu, aku tidak pernah melihat Reza lagi. Reza tidak pernah masuk sekolah, namun aku selalu menunggunya. Hingga suatu hari, aku bosan menunggunya, dan memutuskan untuk bertanya kepada sepupunya.
“Kak Tiara, Reza kemana yaa? Kok gak pernah masuk sekolah?”
Loh, Sheva gak tau ya? Reza ‘kan udah pergi keluar kota. Gak dikasih tau sama Reza,Shev?’
“Oh iya! Kak, Sheva lupa! Hehe.. Yaudah kalo gitu kak, Sheva kembali kekelas dulu yaa”
Ternyata Reza benar-benar pergi meninggalkan ku. Ku kira, pada hari itu Reza hanya bercanda ketika dia berkata akan pergi keluar kota namun ternyata dia tidak bercanda. Kini, aku hanya bisa menunggunya, menunggunya untuk menepati janjinya bahwa dia akan kembali kesini dan bermain bersamaku. Aku sangat merindukannya, setiap hari aku hanya bisa terduduk sendirian dirumah pohon ini, menunggu kehadiran Reza untuk bermain bersamaku lagi.
Sekian lama aku menunggu kepulangan Reza, sampai suatu hari ketika hampir menginjak bangku kelas enam Sekolah Dasar aku mendengar dari kak Tiara, -sepupu Reza- bahwa Reza telah kembali kesini. Betapa senangnya aku ketika mendengar Reza telah kembali. Aku pun menunggu Reza dirumah pohon, dan berharap bahwa Reza akan menemuiku disini.
“Hai, Sheva! Masih setia nungguin aku nih!”
“Reza! Kamu jahat ya pergi gak pamit sama aku!”
“Hehe maaf deh Sheva, ‘kan waktu aku pergi kamunya lagi disekolah. Gimana aku bisa pamitan sama kamu coba?”
Hmm, iya deh. Terserah kamu aja Za!”
“Jangan marah gitu dong Shev, nanti cantiknya hilang loh
Dih! Becandanya gak lucu tau, Za!”
Reza-pun masuk kerumah pohon bersamaku, kamipun bercerita, tertawa, dan mengabiskan waktu bersama. Aku bahagia Reza telah kembali lagi bersamaku. Menghabiskan waktu bersama Reza, bagiku itu lebih dari cukup untuk melepas rasa rinduku.
Hari-hari kulalui bersama Reza, bermain dan bercanda, tertawa riang atas kekonyolan diri sendiri. Namun, saat acara kelulusan Sekolah Dasar aku tidak melihat Reza, akupun mencari-cari dan bertanya kepada teman-temanku dimana Reza, tetapi tidak seorangpun dari mereka yang tahu dimana Reza. Hingga acara selesai dan semua murid pulang kerumah masing-masing aku masih belum saja bertemu dengan Reza. Aku memutuskan untuk menunggu Reza dirumah pohon, saat aku masuk kedalam rumah pohon, aku melihat secarik kertas dengan tulisan tangan Reza yang berisikan,
“Sheva, maafin aku yah kali ini aku pergi lagi ninggalin kamu. Aku gak pergi jauh kok, aku melanjutkan sekolah disalah satu Sekolah Menengah Pertama di kota Jogja. Gak begitu jauh ‘kan jarak kita? Kita masih tetap berada di satu kota yang sama. Aku akan sering berkunjung kesana, dan bermain bersamamu dirumah pohon kita.”
Ternyata, Reza pergi meninggalkanku lagi. Aku menunggunya dirumah pohon ini, hingga suatu hari ketika kau sedang menunggu Reza dirumah pohon, aku dipanggil ibu untuk masuk kerumah, namun aku terjatuh dari rumah pohon hingga mengakibatkan luka dipipiku. Akhirnya, ayahpun menebang pohon dimana rumah pohonku berada. Aku sedih, menangis sejadi-jadinya karena ayah menebang pohon itu, aku sangat menyayangi pohon itu, karena dipohon itulah aku menyimpan banyak kenangan yang kulalui bersama Reza.
Sejak ayah menebang pohon itu, aku tidak pernah menunggu Reza lagi, dan akupun berusaha melupakan semua kenanganku bersama Reza dan menjalani hidupku apa adanya tanpa kehadiran Reza kembali.

*Penulis adalah siswi kelas XII IPA 2 SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III

Tidak ada komentar:

Posting Komentar